Penulis : Asenk Lee Saragih
Ikan "Haporas" sejenis ikan bandeng kecil (Chanos chanos Forskal) yang menjadi faritas khas ikan Danau Toba saat ini dijadikan makanan ternak Babi olah warga setempat. Ditaburnya ikan jenis bandeng bersisik ini di Danau Toba merupakan niat Pemerintah mensejahterakan masyarakat pesisir danau. Namun, niat baik pemerintah itu bertolak belakang dengan harga ikan Haporas yang saat ini harga merosot (Rp 1000 per kilogram).
Kejadian miris itu terdapat di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Desa ini terletak dipesisir danau. Ikan "Haporas" menjadi makanan ternak Babi merupakan pilihan utama warga karena harga ikan hasil tangkapan warga desa hanya dihargai Seribu Rupiah per kilogram.
Menurut cerita Lamhot Saragih (29), warga Desa Hutaimbaru, kepada Penulis di desa itu, Senin (22/10) lalu, awal maraknya ikan jenis Haporas di Danai Toba, dimulai tahun 2004 lalu. Saat itu Presiden Megawati menabur benih jutaan ribu ekor ikan "Haporas" di Parapat, Simalungun Danau Toba.
"Pertama kali, harga ikan Haporas dipatok para nelayan desa ke tengkulak Rp 10 ribu perkilogram. Harga ini hanya bertahan selama dua bulan. Kemudian merosot ke harga Rp 5000 per kilogram (tahun 2006) dan kini hanya dihargai Rp 1000 per kilogram (2007). Gairah para warga menangkap ikan Haporas kini mati suri. Warga menangkap Haporas hanya untuk makanan ternak Babi,"katanya.
Hal senada juga diakui St B Manihuruk, peternak Babi di Desa Hutaimbaru. Menurutnya, ikan Haporas lebih baik dijadikan makanan ternak babi daripada di jual ke pekan (pasar). Biaya menangkap Haporas dengan jaring biayanya mahal, namun tidak diimbangi dengan harga yang patut.
"Bukan hanya desa ini yang menjadikan ikan Haporas jadi makanan ternak babi. Hampir seluruh warga desa d pesisir danau toba dari Desa Haranggaol, Kecamatan Horisan Simalungun hingga Desa Tongging, Kabupaten Karo juga melakukan hal yang sama. Seperti di Desa Soping, Bage, Baluhut, Sibolangit, Nagori Purba, Sihalpe, Binangara, Gaol, Silumbak dan masih banyak lagi,"katanya.
Menurut B Manihuruk, kenyataan miris ini baru terjadi saat ini. Disaat orang susah mendapatkan ikan tawar untuk konsumsi, namun di desanya ikan "Haporas" hanya dijadikan makanan ternak babi. Masyarakat desa kini menggantungkan hidupnya pada ternak babi dan ayam karena bertanam bawang kurang berhasil.
"Hasil tangkapan ikan Haporas usai disangi dari jaringnya, baru direbus dan diberikan kepada babi. Namun ada juga yang langsung memberikan ikan "Haporas" secara mentah kepada ternaknya. Tapi kami heran kenapa pertumbuhan ternak babi kami sangat lambat,"ujar B Manihuruk.
Sementara itu, Pangulu (Kepala Kelurahan) Desa Hutaimbaru, Saudin Sidauruk mengatakan, hampr seluruh warganya yang beternak babi memberikan ikan "Haporas" jadi makanan ternak mereka. Ini dilakukan karena membeli pakan ternak mahal (ampas ubi, dedak) mahal Rp 2500 per kilogram. Sedangkan harga jual Haporas hanya dihaegai Rp 1000 per kiligram,"katanya.
Pabrik Tepat Guna
Guna mengatasi hal itu. Pihaknya meminta bantuan pemerintah Simalungun agar memberi pabrik pengolahan ikan "Haporas" tepat guna menjadi bahan ternak babi dan ayam. Mereka juga menghaparkan agar ada pelatihan pabrik sederhana yang dapat dimanfaatkan warga setempat.
"Hampir seluruh warga peternak ayam dan babi di pesisir Danau Toba menjadikan "Haporas" jadi makanan ternak alternatif. Kondisi ini sungguh ironis. Disaat masyarakat di daerah lain kesulitan mendapatkan ikan tawar Danau Toba, di desa kami justru jadi makanan ternak. Ini sungguh menyedihkan bagi warga yang hingga kini menggantungkan hidupnya dari nelayan danau,"katanya.
Disebutkan, selama ini kondisi tersebut tidak diketahu pemerintah setempat. Warga Desa Hutaimbaru juga meminta perantau sukses asal Simalungun mau membantu mereka mengembangkan pabrik pengolahan ikan "Haporas" di Simalungun.
"Kita harapkan kepada orang Simalungun yang sukses di perantauan mau mengurangi beban warga yang kesulitan ekonomi. Melalui pabrik tepat guna salah satu media yang dibutuhkan warga guna mengolah ikan 'haporas" jadi bahan pakan ternek,"katanya.
Pengamatan penulis, penangkapan ikan Haporas lumayan rumit dengan jaring ikan (Daoton). Mengeluarga Haporas dari jaring cukup lambat tidak seperti ikan Mujahir. "Ikan "Haporas" menjadi santapan babi (ihutanami) di kampung kami."kata Lamhot.
No comments:
Post a Comment